Pemuda dan Kerelawanan

Sabtu, 14 Januari 2012 – 14:11:05 WIB

Pemuda dan Kerelawanan
Oleh : Efri S. Bahri *)
 
INDONESIA merupakan salah satu negara terbesar di dunia. Hal ini bisa dilihat dari berbagai sisi baik dari sumberdaya manusia, sumberdaya alam, kebudayaan, dan dinamika yang terjadi di dalamnya. 

Begitu juga dari sisi kontribusinya terhadap dunia internasional, Indonesia telah menunjukkan peran yang begitu besar di dalam mendorong kemerdekaan bangsa-bangsa di dunia. 

Kedepan, jika sumberdaya manusianya memiliki kapasitas dan pengorbanan yang tinggi maka Indonesia akan mampu menjadi negara yang besar, maju dan bermartabat.
Salah satu kunci agar Indonesia dapat mewujudkan cita-cita menjadi negara yang besar, maju dan bermartabat adalah factor sumberdaya manusianya. Hal ini telah dibuktikan oleh negara tetangga kita Singapura.
Prof. Goh Chor Boon Wakil Direktur National Institute for Education (NIE) salah satu lembaga pendidikan pemerintah terbesar di Singapura mengatakan “Kami tidak punya sumber daya alam, kami tidak punya tambang, kami hanya punya human resources. Kalau kami tidak punya pendidikan yang baik, maka kami tidak akan bertahan”.
Kita bisa bandingkan bagaimana tingkat kemakmuran warga Singapura dibandingkan dengan Propinsi Kepulauan Riau yang berbatasan langsung dengan Singapura. Karena faktor sumber daya manusia jugalah makanya Presiden RI Pertama Soekarno berseru “Berikan Aku 10 Pemuda, Akan Ku Guncangkan Dunia”.
Saat ini kita hidup di zaman yang sangat dinamis. Perubahan-perubahan terjadi begitu cepat. Cepatnya perubahan-pubahaan saat ini salah satunya karena ditopang oleh kemajuan yang pesat di bidang teknologi informasi dan media. Kemajuan teknologi telah mendobrak batas-batas negara.
Komunikasi bisa dilakukan secara online, face to face. Transaksi bisnis bisa dilakukan secara riel time. Tentu hal ini menjadi sesuatu yang positif ketika digunakan untuk dan dengan cara yang sesuai dengan peradaban. Sebaliknya ketika penggunaannya tidak tepat akan mengganggu sendi-sendi peradaban. Dengan kondisi demikian dinamis dan kompleks, dimana kita bisa meletakkan peran kerelawanan pemuda?
Relawan Pemuda
Relawan dapat diartikan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang memiliki karakter peduli dan berkorban untuk kepentingan masyarakat. Kepedulian dan pengorbanan itu ditunjukkan dengan adanya kontribusi baik dalam bentuk materil, moril maupun keahlian. Ketiga kontribusi inilah yang menjadi kekuatan bagi pemrelawan.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini kita lebih banyak mengenal kiprah relawan kemanusiaan yang menangani bantuan untuk korban bencana seperti: banjir, gempa, tsunami, dll.
Padahal kiprah dan kontribusi relawan pemuda sangat diharapkan dilakukan di semua sektor pembangunan misalnya: sektor pendidikan, ekonomi, kesehatan, olah raga, kepemudaan, dll. Hal ini penting di dalam rangka berpartisipasi dalam rangka menjadi solusi atas berbagai persoalan bangsa.
Menjadi relawan pemuda merupakan sebuah tahapan penting yang dilalui seseorang sebelum menjadi tokoh penting di sektor publik. Nilai positifnya adalah ia akan memiliki kepekaan sosial yang tajam, karena memang sudah terbiasa menghadapi berbagai permasalahan yang ada di masyarakat.
Sehingga ketika menjadi pemimpin bangsa ia akan menghasilkan kebijakan-kebijakan yang mendorong solusi penyelesaian masalah bangsa.
Sebagai pemuda harapan bangsa, menjadi penting untuk kita menjadi relawan. Harapannya kita bisa berkontribusi untuk kemajuan bangsa.Ketika para pemuda saat ini berkiprah sebagi relawan, maka kedepan bangsa ini akan menjadi semakin maju. Karena dipundak para pemuda inilah bangsa ini akan dikelola. Wallahua’lam bish showab.
*) Penulis adalah Ketua Yayasan Kabisat (The Kabisat Foundation), Padang

Posisi Tawar Petani Indonesia Lemah

Kamis, 24 Februari 2011 00:56 – Agustus 2011, pemerintah Indonesia akan mengimpor beras untuk menjaga stok nasional agar negara aman dari ancaman krisis pangan. Pertanyaannya, apa yang salah dengan Indonesia sebagai negara agraris?

Kalau dilihat sejarah, menurut Greertz, Clifford (1976), dalam buku ‘Involusi Pertanian’, proses perubahan ekologi di Indonesia, bila dibandingkan antara Indonesia dengan Jepang dalam sektor pertanian, terutama padi, terdapat beberapa persamaan, seperti ; hasil padi per hektare di Jawa dan di Jepang dari kurun waktu (1868-1970) adalah sama, keadaan masyarakat yang sifatnya sama-sama feodal, penduduk yang sama-sama padat dan sistem pertanian sawah dengan lahan yang tidak begitu luas

Namun setelah 49 tahun berlalu, kondisi ini ternyata nasib petani Indonesia kesejahteraannya jauh di bawah kesejahteraan petani Jepang. Hal ini ditunjukkan data BPS tahun 2010, dimana jumlah penduduk miskin di pedesaan di seluruh indonesia mencapai 19,93 juta jiwa. Artinya, sebahagian besar masyarakat miskin yang tinggal di pedesaan tersebut adalah petani dari sekitar 38 juta rumah tangga petani yang terdata. Ini menunjukkan jumlah petani mencapai 44 persen dari total angkatan kerja di Indonesia, atau setengah dari penduduk Indonesia masih tergantung kepada pertanian.

Baca lebih lanjut